TEKNIK KOMPUTER DAN KEPERAWATAN

Monday 6 October 2014

SEJARAH DESA NGREDEN

Desa Ngreden
Gapura Barat
Desa Ngreden
Gapura Timur


Desa Ngreden awalnya merupakan suatu daerah yang sangat sepi penduduknya, awal tahun 1711 seiring dengan berdirinya Kerajaan Mataram Jogjakarta seorang putra Raja Demak Pujangga Pajang bernama Ki Ageng Perwito datang bersama prajuritnya dan berdomisili di daerah ini. Lambat laun daerah ini menjadi berkembang atau dalam bahasa jawa ngerda, sehingga orang-orang menyebut daerah ini menjadi desa Ngreden.
Dahulu desa Ngreden terbagi menjadi 2 wilayah yaitu Ngreden Barat dan Ngreden Timur, kemudian kedua wilayah tersebut bergabung menjadi satu pada tahun 1980an mulai diadakan pemilihan kepala desa. Kepala Desa mempunyai periode jabatan selama 6 tahun. Berikut nama-nama Kepala Desa yang pernah menjabat di Kantor Kepala Desa Ngreden, antara lain :
  1. Taruno Panuksmo ( tahun 1980 an – 1986)
  2. Yudomo (menjabat 2 periode tahun 1986 – 1996)
  3. Subagyo (menjabat 2 periode tahun 1996 – 2007)
  4. Sunarto (menjabat 2 periode tahun 2007 – sekarang)
(Sumber : Wawancara dengan Sekretaris Desa, 5 Mei 2014)


Makam Ki Ageng Perwito



Desa Ngreden
Halaman luar makam
Desa Ngreden
Pintu masuk makam Ki Ageng Perwito


Desa Ngreden
Pintu masuk makam Ki Ageng Perwito setelah direnovasi


Desa Ngreden
Sendang Tretes


Makam Ki Ageng Perwito terletak di desa Ngreden kec Wonosari kab Klaten, seorang putra Syech Alim Akbar III yang bergelar Sultan Trenggono (Raja Demak Bontoro) yang merupakan senopati dari Kerajaan Pajang. Semasa hidupnya beliau mandi dan sesuci di Sendang Tretes yang terletak tidak jauh dari makamnya saat ini. Makam Ki Ageng Perwito banyak dikunjungi peziarah khususnya pada malam Jumat Wage. Ki Ageng Perwito inilah merupakan titik awal sejarah terbentuknya Desa Ngreden. Tempat ini juga telah diresmikan oleh dinas pariwisata kabupaten klaten sebagai salah satu tempat wisata sejarah di kabupaten Klaten.

Sejarah Ki Ageng Perwito
Ki Ageng merupakan ank ke-4 dari Sultan Trenggono yang Bergelar Syeh Alam Akbar Ke-3,sesurutnya kerajaan Demak beliau mengabdi sebagai Pujangga & Panglima Perang Kerajaan Pajang,Sultan Hadiwijaya yang merupakan adik iparnya.
Pada waktu Danang Sutawijaya mengadakan makar terhadap kerajaan Pajang,beliau diutus untuk menyelesaikn masalah tersebut,sehingga terjadi perang tanding. Karena sama-sama saktinya maka tidak ada yang menang.
pada waktu samadi beliau kemudian ketemu Kanjeng Sunan Kalijaga, sehingga beliau diutus untuk mendiami suatu daerah di timur delanggung besar kemudian dikenal Delanggu,yaitu desa Ngreden.
Disana beliau kemudian madeg menjadi juru kasepuhan hingga akhir hayatnya. Yaitu menjalani tapa ngluweng selama 4 tahun 41 hari sampai beliau muksa.
Beliau meninggalkan pesan sebagai berikut: "Sapa wae anak cucuku sing nandang kasusahan mara mrene bakal dakwenehi pepadang tak suwunake Pangeran lantaran sliraku."


RIWAYAT KI AGENG PERWITO
Pada jaman dulu sesurutnya kerajaan Majapahit,berdirilah kerajaan Islam pertama di tanah Jawa dengan raja pertama Raden Patah yang merupakan anak dari Prabu Brawijaya ke-5 atau raja Majapahit yang terakhir,dengan gelar Sultan Syeh Alam Akbar ke-1. Raden Patah dapat eksis dalam pemerintahannya karena adanya bantuan dari ulama-ulama Islam tanah Jawa yang disebut dengan Wali Sanga.
Kemudian setelah surutnya Sultan Syeh Alam Akbar ke-1 kedudukannya digantikan oleh putra mahkota kerajaan yaitu Pangeran Sabrang Lor dengan gelar Sultan Syeh Alam Akbar ke-2.
Begitu Juga setelah surutnya Sultan Syeh Alam Akbar ke-2,digantikan putra mahkota kerajaan yaitu Raden Trenggono atau biasa disebut Sultan Trenggono. Beliau bergelar Sultan Syeh Alam Akbar ke-3 . Sultan Trenggono merupakan raja terakhir kerajaan Demak Bintoro, hal ini karena situasi politik dan balas dendam Joko Tingkir terhadap raja Demak yang telah membunuh ayahnya yaitu Ki Kebo Kenanga yang merupakan raja dari daerah perdikan kerajaan Pengging, yang karena politik dari Wali Sanga agar ajaran Syeh Siti Jenar tidak berkembang di tanah Jawa.
Ki Kebo Kenanga merupakan anak turun Prabu Handayaningrat dari kerajaan Pengging yang menjadi murid Syeh Siti Jenar. Jaka Tingkir alias mas Karebet dapat menjadi menantu Sultan Trenggono karena dapat memenangkan sayembara mengalahkan kerbau yang mengamuk yang dibuat sendiri olehnya sehingga mendapat hadiah putri ke-6 dari Sultan Trenggono. Kemudian oleh Joko Tingkir Kerajaan Demak dipindah ke Pajang beliau kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya ke-1.
Ki Ageng Perwito merupakan anak ke-4 dari Sultan Trenggono yang ikut serta adik iparnya pindah ke kerajaan Pajang dan mejadi Panglima serta Pujangga kerajaan Pajang.
Sebelum mengabdikan dirinya di kerajaan Pajang Ki Ageng Perwito Mendapatkan Wasiat dari Sultan Syeh Alam Akbar ke-3 atau Sultan Trenggono agar apabila sudah sampai waktunya tiba supaya Ki Ageng Perwitro mengabdikan dirinya kepada orang yang menerima Wahyu bukan orang yang berkuasa(orang yang kepulungan).
Bersamaan dengan berjalanya waktu Sultan Hadiwijaya mmpunyai dua anak laki-laki yaitu Raden Benowo dan Raden Danang Sutawijaya. Raden Benowo merupakan anak mahkota kerajaan Pajang yang biasanya disebut Pangeran Benowo. Sedang adiknya diasuh oleh orang kepercayaan sultan Hadiwijaya yaitu Ki Ageng Pamanahan.
Karena kecerdikan dan kepintaran KI Ageng Pamanahan dan sudah ditakdirkanNya,sehingga Raden Danang Sutawijaya dapat Wahyu Keprabon yang diambil dari Ki Ageng Penjawi.
Raden Danang Sutawijaya kemudian mendapatkan hadiah dari orang tuanya Sultan Hadiwijaya tanah di daerah Alas Mentaok sekarang kota Gede Yogyakarta. Dan mendirikan daerah disana yang merupakan cikal bakal kerajaan Mataram Islam. Yang kemudian hari beliau bergelar Panembahan Senapati Sayidina Panatagama dan belum bergelar sultan karena masih menghormati orangtuanya Sultan Hadiwijoyo.
Singkat cerita berhubung makin lama daerah Mentaok semakin ramai maka Ki Ageng Pamanahan sebagai Penasehat utama Panembahan Senapati memberi masukan agar Mentaok sudah waktunya lepas dari kerajaan Pajang. Dengan tidak lagi memberi upeti pada waktu pisowanan agung kerajaan Pajang atau mbalelo.
Hal ini kemudian diketahui Sultan Hadiwijaya dan mengirimkan duta untuk menyelesaikan masalah ini yaitu KI Ageng Perwito. Karena tidak adanya kesepakatan diantaranya maka diselesaikan dengan perang tanding mereka berdua.
Karena sama-sama mempunyai kesaktian yang seimbang sampai beberapa hari tidak ada yang kalah maupun yang menang. Pada waktu melakukan semadi untuk mengalahkan Panembahan Senapati, Ki Ageng Perwito ditemui Kanjeng Sunan Kalijaga,Beliau mengingatkan wasiat ayahnya Sultan Trenggono untuk mengabdi pada pulung bukan kekuasaan karena wahyu kerajaan Pajang sudah mulai surut dan bergant ke daerah Mentaok. Oleh beliau Ki Ageng Perwito juga diberi wejangan supaya mengalah untuk kemuliaan anak cucunya. ”Apabila mau mengalah maka namanya akan diluhurkan oleh anak cucunya hingga akhir jaman.”
Kemudian oleh Sunan Kalijaga , Ki Ageng Perwito diarankan meninggalkan peperangan dan kerajaan Pajang dan berjalan kearah pulang apabila dalam perjalanan ada delanggung(sekarang menjadi Delanggu kota kecamatan) yang besar supaya berjalan kearah timur dan apabila sudah sampai ke suatu daerah yang menyerupai bukitdisanalah tempa yang harus disingahinya dan dijadikan tempat tinggal untuk selamanya(daerah Ngreden Wonosari).
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari Ki ageng Perwito selain bertani juga menjadi sesepuh yang menjadi sumber dari ilmu kehidupan sehari-hari(kasepuhan) dan mengobati orang yang sakit. Sehingga semakin lama kehidupan daerah tersebut semakin ramai.
Pada waktu tuanya Ki Ageng menginginkan tapa ngluweng dalam rumahnya hingga selesai. Dengan kode pada waktu petang tali yang diikatkan pada jemarinya ditarik dan dan dijawab dua kali tarikan beliau masih hidup dan apabila tidak ditarik atau hanya sekali penutup luweng agar dibuka dan dinaikan. Hal ini hingga berjalan 4tahun lamanya. Hingga pada suatu hari cantrik kepercayaanya lupa menarik tali dan pada waktu ditari talinya lepas. Sehingga menimbulkan masalah pada waktu itu mau dibuka atau tidak. Melalui musyawarah yang begitu alot hingga tengah malam akhirnya ada suara dari dalam luweng tersebut yang mengatakan”He anak cucuku semua saya sekarang sudah hidup dalam kelangengan jangan ribut sendiri, hanya pesan saya apabila anak cucuku semua sedang menghadapi masalah kehidupan datanglah kesini saya akan memberikan terang bagi masalahmu.”
Begitulah cerita mengenai Ki Ageng Perwito. Hingga saat ini banyak yang datang ngalap berkah untuk mencari Derajad Pangkat dan Kekayaan,serta ketentraman hidup sehari-hari.
Sendang peninggalan eyang namanya sendang tretes.